DAUN
KATUK UNTUK PENGOBATAN HERBAL
Daun katuk atau nama ilmiahnya Sauropus adrogynus
(L) Merr, merupakan anggota dari familia Euphorbiaceae. Sebutan lain untuk daun
katuk adalah memata (Melayu), simani (Minangkabau), kebing dan katukan (Jawa),
serta kerakur (Madura).
Tanaman katuk tumbuh subur di Indonesia pada ketinggian 0 - 2.100 m dpl. Tanaman ini berupa perdu, yang tingginya mencapai 2-3 m. Cabang-cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm. Buah berbetuk bulat di cabang-cabang dibawah daun.
Tanaman katuk tumbuh subur di Indonesia pada ketinggian 0 - 2.100 m dpl. Tanaman ini berupa perdu, yang tingginya mencapai 2-3 m. Cabang-cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm. Buah berbetuk bulat di cabang-cabang dibawah daun.
Di Indonesia, daun katuk umumnya
dimanfaatkan untuk melancarkan air susu ibu. Daun ini sudah diproduksi sebagai
sediaan fitofarmaka yang berkhasiat untuk melancarkan ASI. Setidaknya sepuluh
produk pelancar ASI yang mengandung daun katuk telah beredar di Indonesia
sejak tahun 2000. Selain itu, konsumsi sayur katuk oleh ibu menyusui dapat
memperlama waktu menyusui bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi pria hanya
meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Namun demikian, penelitian terhadap
efek samping penggunaan daun katuk sebagai pelancar ASI ini masih belum pernah
dilakukan di Indonesia, sehingga belum teruji 100 persen keamanannya.
Terdapat
dua jenis tanaman katuk, yakni katuk merah
dan katuk hijau.
Katuk
merah
masih banyak dijumpai di hutan. Sebagian pehobi tanaman hias mencoba menanam
karena tertarik pada warna daunnya yang hijau kemerah-merahan.
Katuk
hijau
banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, yaitu sebagai sayuran dan
obat-obatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar