Sabtu, 24 Maret 2012

CUCI DARAH


Penyebab Penyakit Cuci Darah
Gejala Penyakit Cuci Darah

Pantangan Makanan Untuk Penyakit Cuci Darah

Macam-macam cuci darah

ginjal.jpg
Bagi pasien dengan gagal ginjal stadium akhir, cuci darah bisa memberikan kesempatan hidup lebih panjang setelah ginjal mereka berhenti berfungsi.
Cuci darah atau nama medisnya Hemodialisis adalah suatu proses penyaringan darah yang dilakukan menggunakan alat-lat kedokteran. Cuci darah dilakukan dengan tujuan untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak. Proses cuci darah ini ditempuh saat kerusakan ginjal telah mencapai 85-90 persen atau “Gagal Ginjal Terminal” dimana ginjal tidak dapat lagi berfungsi seperti sediakala.

Penyebab Penyakit Cuci Darah
Penyebab cuci darah adalah infeksi ginjal (glomerulonefritis) dan gagal ginjal. Di Indonesia, infeksi ginjal (glomerulonefritis) masih merupakan penyebab utama penyakit ginjal tahap akhir (gagal ginjal) yang menjalani terapi cuci darah.


Gejala Penyakit Cuci Darah
1.       Keluarnya protein di dalam urin (proteiuria)
2.       Kencing berwarna merah bercampur darah (hematuria)
3.       Penurunan fungsi ginjal (ditandai kenaikan kadar ureum-kreatinin darah)
4.       Perubahan pengeluaran garam dengan akibat bengkak di kaki dan tungkai (edema)
5.       Terjadi bendungan aliran darah dan hipertensi.


Pantangan Makanan Untuk Penyakit Cuci Darah
Beberapa makanan pantangan untuk penderita cuci darah adalah makanan yang mengandung banyak protein seperti:
- kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai
- makanan olahan dari kacang-kacangan tersebut seperti tahu-tempe
- daging kambing


Macam-macam cuci darah
Ada dua macam cuci darah, yakni hemodialisis dan dialisis peritoneal. Prinsipnya, pada proses dialisis, darah akan dialirkan ke luar tubuh dan disaring. Kemudian darah yang telah disaring dialirkan kembali ke dalam tubuh. Pada hemodialisis, proses penyaringan dilakukan oleh suatu mesin dialisis yang disebut dengan membran dialisis. Jenis dialisis ini yang banyak dilakukan di Indonesia. Sedangkan pada dialisis peritoneal, jaringan tubuh pasien sendiri bagian abdomen (perut) yang digunakan sebagai penyaring. Biasanya dialisis dilakukan 2-3 kali seminggu selama masing-masing 4-5 jam tiap kali proses.
Cuci darah harus dilakukan secara teratur untuk menghindari efek yang tidak diinginkan akibat penumpukan sisa metabolime maupun cairan dalam tubuh. Karena hanya bersifat menggantikan fungsi ginjal, bukan menyembuhkannya, tindakan dialisis harus dilakukan selama seumur hidup, kecuali pasien melakukan transplantasi ginjal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar